Minggu, 25 Januari 2015


Gunung Prau Trip & Legenda Kawah Sikidang Dieng

Gunung prau merupakan sebuah gunung yang terletak di provinsi Jawa Tengah, tepatnya di perbatasan kabupaten wonosobo dan kabupaten kendal. Gunung prau terkenal dengan viewnya yang bagus. Ketinggian gunung prau adalah 2.565 mdpl. Menurut beberapa post, gunung ini adalah gunung yang pendek tapi menarik, di atasnya kita akan mendapati padang rumput berbunga dan bukit-bukit kecil seperti bukit pada film teletubuies. View yang kita dapatkan disana adalah view sunrise yang menyinari gunung Sumbing dan Sindoro, di kejauhan belakang, akan nampak pula gunung merapi merbabu. Waktu pendakian 2-3 jam, merupakan waktu yang pas bagi pemula seperti saya. 26-27 April 2014 yang lalu saya dan teman-teman elektro 08 naik gunung ini bersama-sama untuk membuktikannya.
Akses menuju ke Gunung Prau
Pos pendakian gunung prau terletak di dekat gunung wisata dieng. Untuk mencapai daerah wisata dieng ini dapat digunakan bus berukuran sedang (biasa disebut engkel) dari daerah wonosobo. Biaya untuk satu orang naik bus dari wonosobo sampai daerah wisata dieng adalah 10.000 rupiah. Daerah wonosobo sendiri dapat di capai menggunakan bus antar kota. Sedangkan untuk akses menggunakan kereta api, stasiun terdekat sesuai jarak adalah stasiun kereta api Kutoarjo. Saya dan teman-teman saya dari jakarta memutuskan untuk menggunakan akses kereta.
Jika menggunakan akses kereta ke kutoarjo maka yang harus dilakukan adalah :
1. Turun di sta Kutoarjo
2. Naik angkot jurusan A (kuning merah) , turun di Plaza Purworejo @5.000 rupiah
3. Naik Engkel jurusan Purworejo – Wonosobo, turun di kauman, tempat oper bis ke dieng @25.000 rupiah, (tanpa nawar).
4. Dari Wonosobo naik Engkel ke dieng @10.000
Perjalanan traffic lancar menggunakan angkutan umum tsb dari sta Kutoarjo ke Dieng memakan waktu total 3,5 jam.
Daerah Wisata Dieng
Umumnya pendaki turun gunung sebelum hari siang, antara pukul 8 sd 10 pagi. Naik gunung setelah tengah hari/menjelang sore mungkin akan dapat memperlancar perjalanan karena tidak antri dengan pendaki yang turun untuk melewati jalur pendakian.
Sebelum naik gunung kita dapat terlebih dahulu menikmati daerah wisata dieng. Karena pukul 10.00 wib kami sampai di Dieng. Kami memutuskan untuk melihat candi Arjuna dan Kawah sikidang. Kompleks candi arjuna merupakan kompleks candi hindu yang terdiri dari beberapa bangunan candi kecil, sedangkan Kawah sikidang merupakan kawah vulkanik yang cukup besar, mengeluarkan asap menyengat dan kawahnya dapat dilihat bergolak samar-samar di balik asap putihnya.
Legenda Kawah Sikidang
Terjadinya kawah sikidang berlatar belakang kisah pra pernikahan antara pangeran Kidang Garungan dan Putri Shinta Dewi.
Pada jaman dahulu kala di dataran tinggi dieng ada seorang putri yang cantik jelita, bernama Shinta Dewi. Sang putri terkenal karena kecantikan parasnya. Banyak pangeran melamar sang putri, namun syarat dari sang putri berupa harta benda yang jumlahnya sangat banyak, tidak dapat disanggupi oleh para pangeran pelamarnya.
Pangeran Kidang Garungan adalah pangeran yang kaya raya, bertubuh tinggi besar, dan memiliki kesaktian yang hebat. Utusan sang pangeran datang melamar sang putri dan menyanggupi semua permintaan dari sang putri, maka sang putri yang belum bertemu pangeran tersebut mengiyakan lamarannya. Saat bertemu sang pangeran sang putripun terkejut, ternyata pangeran yang melamarnya, bertubuh manusia namun berkepala kidang (*kijang).
Sang putri kecewa, hatinya tidak dapat menerima sang pangeran untuk menjadi suaminya. Maka sang putripun mengajukan syarat tambahan, apabila sang pangeran dapat membuat sumur yang besar dan dalam dalam sehari maka barulah sang putri berkenan menikahinya. Sang pangeran menyanggupinya, dengan kesaktiannya dia menggali sumur. Takut sang pangeran berhasil menyelesaikan syaratnya, Dewi Shinta Dewi memutuskan untuk mengubur pangeran Kidang Garungan ketika sedang menggali sumur tsb. Sang ratu bersama tentaranya langsung menimbun dengan cepat sumur tsb. Sang pangeran pun mengerahkan kesaktiannya, kesaktiannya membuat sumur yang tertimbun tanah tesebut meledak. Namun tetap saja sang pangeran tidak dapat keluar karena terus ditimbuni tanah. Sebelum tewas sang pangeran mengutuk keturunan sang putri berambut gembel. Dari cerita inilah terjadi kawah sikidang dan dapat ditemui anak anak berambut gembel di dieng.
sumber
http://legendadieng.blogspot.com/2013/08/legenda-kawah-sikidang.html
http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/264-Legenda-Kawah-Sikidang#
Kedua obyek wisata ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki :).
Ada juga obyek wisata berupa telaga warna, namun kami tidak sempat mengunjungi obyek ini untuk persiapan pendakian gunung prau.
Persiapan Pendakian
Pendakian gunung prau dapat di tempuh dari dua titik, titik pertama adalah dari pos dieng, sedangkan titik kedua adalah dari desa patak banteng.
Pendakian dari pos dieng lebih jauh dari sisi jarak, namun lebih manusiawi dari sisi medannya :), juga pemandangan dari jalur ini lebih bagus menurut bapak sopir engkel yang kami naiki.
Sebelum mendaki terlebih dahulu kita melapor di pos. Setelah itu dimulailah pendakian

Awal Pendakian
Pada awal pendakian, melalui jalur dieng, kita akan menemui jalan setapak yang menembus perkebunan, jalurnya cukup landai dan nyaman untuk berjalan. Setelah perkebunan ini jalur mulai berubah menjadi setapak tanah yang mulai menanjak, disekeliling berganti dengan pepohonan dan semak.

Kru pendakian : Beseng sang fotografer, temen-temennya andre (mbak yusi dan susi), gecun dan bocun bersaudara, loren, bang tigor, zaldy lemcups, canus, juga yulyan dan tetu yang pendaki gunung sebenarnya, dan team leader abol
Jalan sampai ke gerbang bambu bertuliskan gunung prau ini mulai menanjak dan membuat ngos-ngosan. apabila barang bawaan cukup berat pastikan alokasi waktu istirahat dengan interval yang cukup supaya tidak kecapaian.

Kabut yang lebat dan mulai gelap, akibat pendakian yang kesorean.
Apabila kesorean maka resikonya adalah kemalaman dan belum sampai pada tempat kamping. Alangkah baiknya berangkat lebih awal untuk mempermudah perjalanan. Walaupun malam, namun jalur menuju spot camping cukup terlihat jelas.
Setelah pohon berkabut ini kita akan bukit dengan view yang lapang dan bisa mendapatkan gunung sumbing sindoro seperti di bawah ini
sumbing dan sindoro dari gunung prau. seperti lukisan
sumbing dan sindoro dari gunung prau. seperti lukisan
Ditengah perjalanan kita akan melewati tower BTS, pada titik itu berarti jalur yang dilewati tepat, mari lanjut, masih setengah perjalanan lagi :).
Karena kemalaman dan cukup lelah kami memutuskan untuk mendirikan camp bukan di spot camp yang seharusnya, namun esok harinya ternyata sudah cukup dekat dengan spot yang seharusnya.
Udara pada pukul 07.00 malam mulai mendingin dan menusuk kulit. Di spot ini kita sudah berada di perbukitan tanpa pohon. Hanya dapat kita temui 1,2 pohon pada setiap bukit kecil. Kami berharap kami membawa kayu sendiri dari bawah untuk api unggun. Untuk menghangatkan badan mulailah kami duduk melingkar dan memasak air dengan kompor parafin, lalu mulailah indulgence dan nasi bungkus beredar.  Di sela-sela itu beberapa grup pendaki melewati camp dan beberapa diantara pendaki tersebut juga mendirikan tenda di dekat tempat kami.
Menjelang malam dan cukup puas dengan bebodoran membahas kebodohan-kebodohan selama perjalanan ke atas, kamipun lelah dan tidur lelap.
Keesokan Paginya 
konon menurut salah satu teman yang ikut mendaki, sebut saja namanya bocun, gunung prau ini memiliki view sunrise yang cukup indah. Keesokan paginya, kamipun bertanya ke grup lain dan mengkorfimasi tempat yang dimaksud untuk melihat sunrise tsb. Jarak dari camp kami ke tempat camp yang dimaksud dalah 15 s.d 30 menitan jalan.

view sumbing sindoro menjelang sunrise berkabut
Kami termasuk rombongan yang kurang beruntung karena mendapati mendung menutupi cahaya matahari (sunrise). salah satu view sunrise paling bgus inipun terlewat begitu saja. namun demikian view langit bermendung di gunung prau juga indah.

padang bukit teletubies di gunung prau
Pada perjalanan kembali ke camp terlihatlah bukit teletubies yang dimaksud. ternyata bukit ini memang menyerupai setting film teletubis, bergunduk-gunduk, besar-kecil, dan juga tinggi-rendah, berselimut tumbuhan berbunga mungil berwarna putih. bisa klo indonesia mau bikin teletubies versi sendiri.

View gunung sumbing sindoro dari gunung prau setelah sunrise :)

Satu yang menjadi syarat mendaki adalah tidak membuang sampah sembarangan, ini yang kami jaga benar, kami juga menentukan tim pembawa sampah saat kami pulang, sehingga kami tidak meninggalkan sampah yang dapat mengotori gunung prau.
Perjalanan Turun 
Sekitar pukul 9.00 kami bersiap turun. Perjalanan turun ini akan melewati jalur yang berbeda dari perjalanan naik. Tujuan dari jalur ini adalah desa patak banteng.
Ternyata jalur turun ini adalah jalur yang pendek, namun curam/terjal dan sempit. Beberapa tempat licin karena hujan, beberapa teman terpeleset berkali-kali dan salah satu memutuskan sandal gunungnya. Perjalanan turunnya harus hati-hati karena kanan kiri adalah lembah yang curam. Beruntung kami memutuskan untuk naik lewat dieng dan turun lewat jalur patak banteng. Menaiki jalur patak banteng memang lebih cepat, namun lebih melelahkan secara fisik karena terjal. Beberapa grup memilih jalan ini, mungkin untuk menyingkat waktu.
Demikian, perjalanan turun ditempuh dalam waktu 2 jam-an. Sesampainya di bawah kami beristirahat dan menikmati carica. oleh-oleh khas dieng.
Perjalanan yang seru dan menarik. Gunung Prau dengan kemanisan bukit teletubies dan viewnya sungguh memikat :).

[catper] Pesona Gunung Prau 2.565 mdpl

Gunung Prau atau Prahu memang pendek, kadang hanya dilirik sebelah mata oleh pendaki Indonesia, tapi coba rasakan sensasi dalam pelukannya, gunung yang terkenal dengan sebutan Gunung Seribu Bukit.

Hanya memiliki ketinggian 2.565 mdpl, memang tergolong pendek dan juga tidak terkenal seperti gunung2 disekitarnya, ada Sindoro,Sumbing, Slamet, Unggaran, dll. Tapi gunung ini memiliki pesona tersendiri yang tidak kalah dengan gunung2 yang lebih terkenal dikalangan pendaki Indonesia.

Karena bentuk gunung ini memanjang, jadi secara administratif Gunung Prau yang berada di Dataran Tinggi Dieng ini meliputi wilayah Kab. Banjarnegara, Kab. Wonosobo, Kab. Batang dan Kab. Kendal. Di Campa reannya pun terdapat patok batas wilayahnya.

Gunung ini dapat ditempuh melalui beberapa Jalur Alternatif Pendakian. Lewat Jalur utara, bisa melalui Kabupaten Kendal, Semisal dari Desa Kenjuran yang berada di Kecamatan Sukoreja. Jarak tempuh perjalanan kurang lebih 6 Jam.

Alternatif lain jalur pendakian bisa dilakukan melalui Jalur selatan, yaitu lewat Dataran Tinggi Dieng atau Desa Patak Banteng. Jalur inirelatif lebih singkat, hanya sekitar 2-3 Jam perjalanan yang jalurnya lumayan terjal.



Track log diatas adalah hasil tracking dari awal start pendakian sampai turun. Untuk lebih jelasnya lihat dibawah mengenai waypoint-waypoint yang terdapat pada track log diatas.

DESA PATAK BANTENG
Berjalan sendirian dari Jakarta dan bertemu mimin Reza di Wonosobo, maka berdua saja kami melakukan pendakian ini.

Menuju Desa Patak Banteng dapat dicapai dari kota Wonosobo dengan menggunakan bis kecil jurusan Wonosobo - Dieng. Jalur ini yang saya pilih, mengingat jarak tempuh yang singkat untuk sampai ke camp areanya sekitar 3 jam saja.



POS II
Kira2 berjalan 1 jam yang tidak ada bonusnya, sampailah di Pos II, kondisi pos tidak terdapat bangunan berupa shelter ataupun pondokan



POS III
Tidak jauh dari Pos II sampailah di Pos III, kondisi sama seperti Pos II, tidak terdapat bangunan. Dari Pos III ke camp Area sudah tidak jauh lagi dan jalurnya semakin terjal, lumayan buat menguras tenaga yang kurang tidur nih.



CAMP AREA GUNUNG PRAU
Saya menyebutnya demikian, karena tempat inilah tujuan utama para pendaki, dari camp area ini kita dapat melihat tanpa halangan (kalo ga ada kabut) Gunung Sindoro Sumbing di depan mata, dan dikejauhan Gunung Merapi & Merbabu.



Panorama disekitar camp area pada sore, malam, pagi hingga siang hari



AREA PADANG SABANA & BUKIT TELETUBIES
Setelah puas berfoto-foto, kemudian perjalanan turun. Jalur turun tidak melewati jalur naek, tapi melewati Padang Sabana, Bukit Teletubies, Menara Repeater dan berakhir di Desa Dieng Kulon.



MENARA REPEATER
Kira-kira berjalan sekitar 1 jam, sampailah di Menara Repeater milik pemerintah kab Jawa Tengah, ada yang punya perhutani, operator seluler, dll.



DESA DIENG KULON
Dari Menara Repeater, menuju Desa Dieng Kulon sekitar 1 jam, dengan jalur menurun terus dengan jalur bervariasi dari terjal hingga landai. Dari sini juga dapat melihat Komplek Candi Arjuna Dieng yang terkenal itu.



TELAGA WARNA

Jalan lupa mampir ke Telaga Warna



Detil Perjalanan :
Hari Pertama :
  • Berangkat dari Jakarta numpak bis Pahala Kencana Rp.120.000
  • Sampai di Wonosobo sekitar jam 8 pagi, dijemput teman, belanja kekurangan logistik, jam 09.46 berangkat menuju Desa Patak Banteng menggunakan bis kecil tujuan Dieng Rp 5000
  • Jam 10.58 sampai di Desa Patak Banteng, kemudian beli nasi bungkus buat makan di pos II.
  • Jam 11.23 mulai pendakian
  • Jam 12.43 sampai di Pos II, istirahat maksi dulu
  • Jam 14.46 sampai di camp area Gunung Prau

Hari Kedua :
  • Jam 09.58 mulai meninggalkan camp area, turun melalui padang sabana, menara Repeater menuju desa Dieng Kulon.
  • Jam 11.07 sampai di Menara Repeater
  • Jam 13.03 sampai di Desa Dieng (selesai)

Waktu diatas sesuai dari track log GPS yang saya pakai.
Tidak ada sumber air disepanjang jalur dan juga di camp area.

Yang mau track log GPS nya silakan diunduh disini :
http://www.4shared.com/rar/BPZ7ajVy/Track_Log_Mount_Prau.html


Semoga catper ini bermanfaat untuk sobat IM
Salam Rimba

Kamis, 15 Januari 2015


Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul tentang mendaki gunung adalah "peralatan apa yang mesti dibawa?" Apalagi buat yang baru pertama kali mendaki gunung. Peralatan-peralatan berikut tidak semuanya mesti dibawa tergantung siapa, ke gunung mana dan kapan. Kenapa demikian? Sebagai contoh, saya pribadi tidak merasa nyaman menggunakan trekking pole saat mendaki. Bahkan pernah saat mendaki Gunung Slamet via Baturraden saya meninggalkan trekking pole ditengah perjalanan menuju puncak dan memilih menggunakan tangan untuk bertumpu jika diperlukan. Tapi bagi sebagian pendaki lain mungkin justru sebaliknya. Trekking pole mungkin bisa jadi menjadi salah satu peralatan yang harus masuk di dalam daftar peralatan yang harus dibawa saat hendak mendaki gunung. Tapi meskipun secara keseluruhan saya tidak merasa nyaman menggunakan trekking pole, pada saat mendaki gunung tertentu (biasanya yang berpasir dan berbatu) saya akan mempertimbangkan untuk membawa trekking pole. Artinya saat hendak mendaki gunung ada beberapa hal yang mesti dipertimbangkan untuk memutuskan peralatan apa yang mesti dibawa.

Berikut beberapa peralatan mendaki gunung sebagai salah satu referensi anda.
1) Ransel/tas gunung
Gunanya jelas untuk menaruh berbagai barang-barang keperluan anda selama pendakian. Mengapa ransel/tas gunung? Mengapa bukan tas atau ransel biasa saja? Ransel/Tas Gunung, sebagaimana namanya jelas di-design secara khusus untuk mendaki gunung. Salah satu kelebihannya adalah ransel/tas gunung di-design sedemikian rupa sehingga beban yang kita pikul bisa terdistribusi merata di badan. Hal ini akan membantu menghemat energi dan lebih nyaman. Makanya jangan heran, jika anda melihat pendaki yang membawa tas/ransel "supergede" tapi tetap kuat dan bisa mendaki tanjakan sedemikian terjal. Kelebihan lainnya adalah tas/ransel gunung memiliki sekat-sekat dan kantung-kantung yang di-design untuk memudahkan menaruh dan mengakses berbagai jenis barang. Apakah memakai tas/ransel biasa dilarang? Tidak ada "pengharaman" tentunya. Ada banyak teman-teman pendaki yang saya temui membawa tas/ransel biasa. Namun lagi-lagi, anda harus mempertimbangkan kemana, kapan dan siapanya serta jenis dan jumlah barang-barang yang anda bawa. Tapi diatas itu semua tentunya lebih dan sangat direkomendasikan untuk menggunakan ransel/tas gunung. Ada berbagai merk tas atau ransel gunung yang dijual di pasaran seperti: The North Face, Deuter, Eiger, Karrimor, Avtech, Consina, Alpine, dan lain-lain. Pilihlah tas atau ransel yang benar-benar nyaman di badan anda. Tas/ransel gunung terdiri atas berbagai kapasitas. Ada yang 40, 60, 80, 100 dan 120 liter. Sesuaikan dengan kebutuhan anda.

2) Tenda
Tenda diperlukan untuk berteduh dan beristirahat. Layaknya seperti rumah versi mini. Ada banyak sekali jenis tenda dengan berbagai model, ukuran, kapasitas  dan beratnya. Kalau anda mendaki misalnya cuma berdua, ya ngapain bawa tenda dengan kapasitas empat atau enam orang. Mungkin cukup membawa tenda dengan kapasitas dua orang. Setidaknya ada dua hal yang mesti dipertimbangkan saat membeli tenda, yakni beratnya, kekokohan dan kualitas bahannya dalam menahan dingin, hujan serta angin. Saya pribadi punya dua buah tenda. Masing-masing berkapasitas empat orang. Namun bedanya yang sangat mencolok adalah salah satu tenda lebih berat dibandingkan satunya lagi. Namun disisi lain tenda yang lebih berat ini justru bahannya lebih baik dan lebih hangat saat berada didalamnya. Namun karena saya pribadi saat mendaki cukup banyak membawa barang-barang lainnya, terutama peralatan kamera, maka tenda yang lebih ringanlah yang sering dibawa-bawa. Beberapa merk tenda yang dijual di pasaran misalnya Eiger, Bestway, Lafuma, Montana, Rei, dll.
3) Jaket
Jaket merupakan salah satu peralatan mendaki yang sangat penting untuk dibawa saat mendaki gunung, kecuali jika anda ke Gunung Sahari atau Toko Gunung Agung... He..he..he.. Just kidding :) . Okay, back to topic. Jaket berguna untuk menahan dan mengurangi dingin sehingga panas tubuh tetap terjaga. Hal ini berguna untuk menghindari hal-hal buruk yang tidak diinginkan akibat kedinginan. Pastikan jaket yang anda pilih memiliki kemampuan untuk itu karena ada banyak jenis jaket di pasaran dengan kualitas dan kemampuan yang berbeda-beda.

4) Sepatu atau sandal gunung
Namanya mendaki dimana kita akan berjalan kaki, tentunya alas kaki yang memadai diperlukan karena digunung kita akan melalui berbagai macam medan mulai dari hutan, semak belukar, pasir, bebatuan, lumpur dan juga sungai atau genangan air. Yang sangat direkomendasikan tentunya sepatu atau sendal gunung. Soal anda mau memilih yang mana (sepatu atau sendal gunung), tentunya kembali ke personal taste setiap individu. Saya pribadi lebih senang menggunakan sepatu gunung dibandingkan sendal karena saya merasa lebih leluasa dan nyaman bergerak dengan menggunakan sepatu. Biasanya saya juga membawa sandal sebagai cadangan. Sepatu gunung (sepatu hiking) tersedia dalam berbagai merk seperti Hi-tech, Karrimor, Vaude, North Face, Merrel, Rei, dll. Sepatu gunung ada yang tahan air (waterproof) dan ada juga yang tidak.

5) Jas hujan
Sesuai namanya jas hujan berfungsi untuk melindungi badan anda dari hujan saat mendaki sehingga badan dan peralatan-peralatan anda tetap kering. Selain itu jas hujan bisa juga digunakan sebagai bahan untuk membuat bivak dalam kondisi darurat. Saya lebih menyukai jas hujan yang lebar ketimbang jas hujan yang terdiri atas sepasang celana dan baju yang fit ke badan. Jas hujan lebar memungkinkan saya menutup tas atau ransel gunung dan tas kamera yang biasanya saya taruh di depan dada. Selain jas hujan, terkadang saya juga membawa payung karena terasa lebih praktis pada situasi-situasi tertentu :). Pendaki bawa payung? Why not.. :)

6) Pakaian ganti secukupnya
Bawalah pakaian ganti secukupnya. Pakaian ganti diperlukan untuk jaga-jaga apabila pakaian anda basah atau lembab. Dengan mengganti pakaian badan akan lebih segar dan tetap hangat. Jumlahnya berapa tentunya tergantung setiap individu, tujuan dan berapa lama mendaki gunung. Saya biasanya membawa sepasang pakaian ganti untuk pendakian dengan lama menginap satu malam. Misalnya mulai mendaki sabtu pagi dan turun gunung hari Minggunya. Pilihlah pakaian dengan bahan yang ringan dan mudah kering. Akan lebih baik lagi jika anda menggunakan pakaian-pakaian hiking dengan bahan yang ringan dan cepat kering.

7) Kompor dan peralatan masak lainnya
Kompor dan peralatan masak dan makan diperlukan untuk memasak selama pendakian. Mengapa? Karena di gunung tidak ada warung ataupun foodcourt! He..he..Ya iyalah yaaa.. :) Peace ah..Becanda :).

Bawalah kompor dan peralatan masak yang benar-benar dibutuhkan. Pertimbangkan juga ukurannya. Amat sangat tidak dianjurkan membawa kuali atau kompor gede anda yang di rumah! Repot pastinya ^_^
Gunakanlah kompor dan peralatan mini yang biasa digunakan untuk mendaki gunung. Ini bertujuan untuk kepraktisan dan meminimalisir beban yang dibawa. Untuk bahan bakarnya anda bisa menggunakan spirtus atau dengan menggunakan gas portable. Saya lebih suka membawa kompor gas dibandingkan kompor berbahan bakar cair karena lebih praktis.

8) Peralatan makan
Selain peralatan masak jangan lupa bawa juga peralatan makan seperti piring atau mangkuk atau nesting, sendok dan gelas. Seperti halnya peralatan masak, saya juga biasanya sebisa mungkin membawa peralatan yang berukuran kecil. Yang penting intinya ada wadah untuk tempat makan dan minum.

9) Sleeping bag
Sleeping Bag atau kantung tidur berguna untuk menutupi tubuh anda pada saat tidur di dalam tenda sehingga badan kita tetap hangat. Tidak dapat dipungkiri, meskipun anda tidur di dalam tenda, biasanya masih belum cukup untuk menghalau dinginnya udara pegunungan saat malam hari. Dua faktor yang perlu dipertimbangkan saat memilih sleeping bag adalah kualitas bahan dan ukurannya. Sleeping bag yang berukuran besar belum tentu bagus dalam menahan hawa dingin. Beberapa merk sleeping bag diantaranya Karrimor, Jack Wolfskin, Makalu, Eiger, Alpine, Walles, Consina, dll.

10) Matras
Matras berguna sebagai alas pada saat tidur di dalam tenda, atau saat nongkrong-nongkrong menikmati suasana diluar tenda, atau bisa juga untuk menaruh bahan-bahan makanan saat anda sedang masak-masak di gunung. Modelnyapun macam-macam. Ada yang terbuat dari aluminium foil dan ada juga yang terbuat dari karet.

11) Sarung tangan
Sarung tangan berguna untuk melindungi tangan dari goresan, gesekan atau mungkin gigitan binatang-binatang kecil di tangan anda saat melewati trek di gunung khususnya di hutan-hutan lebat atau semak belukar. Selain itu sarung tangan juga berguna sebagai penghangat, karena salah satu bagian tubuh yang sensitif terhadap hawa dingin adalah jari-jari tangan. Saya biasanya membawa dua pasang sarung tangan, satu yang tebal yang biasanya dipakai saat melewati jalur-jalur berat misalnya ketika memasuki trek berbatu atau hutan atau semak-semak yang rimbun. Sedangkan satu lagi sarung tangan berbahan kain lembut yang biasanya saya pakai saat tidur.

12) Masker
Beberapa gunung memiliki trek berpasir dan sangat berdebu. Hal ini tentunya bisa mengganggu pernapasan. Masker berguna untuk menghindari debu saat mendaki gunung. Selain itu berguna juga untuk mengurangi terpaan dingin di bibir dan mulut.

13) Kupluk
Kupluk berguna sebagai penutup kepala untuk mengurangi hawa dingin. Meskipun kecil, kupluk sangat penting untuk menjaga panas badan. Kepala dan telinga juga sensitif terhadap dingin.

14) Headlamp atau senter
Merupakan benda yang termasuk penting untuk dibawa. Di gunung pastinya gelap. Pada malam hari yang ada hanya cahaya bulan dan bintang-bintang. Dengan headlamp (penerang/senter yang dipasang di kepala) atau senter akan membantu anda melakukan berbagai aktivitas di malam hari. Selain itu headlamp/senter juga krusial saat melakukan perjalanan menuju puncak pada dini hari. Saya lebih menyukai menggunakan headlamp dibandingkan senter yang dipegang di tangan karena dengan headlamp, tangan saya lebih bebas bergerak dan bertumpu. Oya, jangan lupa bawa baterai cadangan untuk mengantisipasi habisnya energi baterai. Selain membawa baterai cadangan saya bahkan biasanya membawa headlamp cadangan juga atau sebuah senter berukuran kecil untuk mengantisipasi kalau-kalau terjadi kerusakan pada headlamp yang saya gunakan.
15) Kaos kaki
Kaos kaki diperlukan untuk menghangatkan kaki dan jari-jari dari hawa dingin seperti halnya sarung tangan. Manfaatnya akan sangat terasa saat tidur di malam hari. Saya setidaknya membawa dua pasang kaos kaki saat mendaki gunung. Sepasang dipakai saat trekking sedangkan sepasangnya lagi digunakan pada saat tidur.

16) Trash bag dan kantung plastik
Trash bag berguna untuk menaruh sampah-sampah selama pendakian. Misalnya bungkus-bungkus makanan yang anda bawa, kotoran makanan, dll. Selain itu trash bag juga berguna sebagai pelapis dibagian dalam ransel/tas gunung untuk menjaga agar barang-barang, terutama pakaian tetap kering. Pada kondisi tertentu bisa saja ransel/tas gunung anda lembab karena terpaan hujan dan hawa dingin. Tidak jarang barang-barang bawaan yang ditaruh di tas/ransel gunung juga bisa terkena imbasnya. Pasti gak enak rasanya dong kalau pakaian atau sleeping bag anda lembab! Jadi lapisi dulu bagian dalam tas/ransel dengan trash bag besar, baru kemudian masukkan barang-barang bawaan anda. Bawa juga kantong plastik berukuran sedang dan kecil untuk menaruh sampah dan pakaian kotor.

17) Peralatan navigasi
Peralatan navigasi diperlukan untuk menunjukkan arah atau membantu anda dalam keadaan tersesat. Peralatan tersebut diantaranya GPS, peta dan kompas.

18) Decker
Decker berguna untuk mengurangi beban lutut saat mendaki atau menuruni gunung sehingga meminimalisir potensi cedera di lutut. Barang ini tinggal dipasang di lutut. Decker ini bukan yang berbahan keras tentunya seperti yang digunakan di dunia otomotif, tapi yang terbuat dari kain yang berbahan lembut dan elastis.

19) Gaiter
Gaiter dipasang di atas sepatu menutupi hingga tungkai kaki dibawah lutut. Biasanya terbuat dari bahan kain atau polyester. Gunanya untuk melindungi tungkai kaki bagian bawah dan juga untuk menghindari masuknya pasir dan batu ke dalam sepatu saat melewati trek berpasir dan berbatu di gunung.

20) Trekking pole
Trekking pole berfungsi untuk membantu bertumpu saat mendaki terutama saat melewati lereng yang cukup miring. Istilah gampangnya adalah tongkat. Trekking pole ini bisa di-adjust sedemikian rupa panjang pendeknya sesuai dengan kebutuhan anda.

21) Pisau
Pisau tentunya berguna untuk potong-memotong. Misalnya memotong bahan-bahan masakan, tali, dll. Selain itu pisau juga berguna untuk berjaga-jaga (self defense) terhadap kemungkinan serangan binatang buas yang mungkin saja terjadi.

22) Obat-Obatan Pribadi
Siapkan obatan-obatan pribadi apalagi jika anda mempunyai penyakit khusus misalnya alergi, dll. Obat-obatan ringan lainnya yang bisa dibawa diantaranya obat luka, minyak kayu putih, salon pas, madu, balsem, gula merah, dll.

23) Tisu
Tisu berguna sebagai alat pembersih entah itu pembersih peralatan memasak dan makan maupun wajah.

24) Topi
Tujuannya cukup jelas yakni untuk mengurangi terpaan terik matahari di gunung.

25) Rain cover
Rain cover berguna sebagai penutup tas/ransel anda sehingga tidak basah saat hujan melanda. Rain cover juga tersedia dalam berbagai ukuran sesuai dengan ukuran tas/ransel gunung. Rain cover ada yang bisa anda dapatkan saat membeli tas/ransel gunung dan ada juga yang tidak alias dijual terpisah dengan tas/ranselnya.

Selain peralatan-peralatan di atas ada juga peralatan lainnya seperti karabiner, tali, dll. Hmmm….Banyak sekali ya peralatannya! Repot dong mau naik gunung! Tenang…Anda tidak harus membawa semua peralatan-peralatan tersebut. Sekali lagi, pertimbangkan berbagai faktor saat hendak mendaki gunung. Peralatan-peralatan seperti gaiter, decker, trekking pole, dan topi misalnya lebih bersifat optional. Namun peralatan-peralatan seperti tenda, jaket, kupluk, sepatu/sandal, headlamp/senter, peralatan masak dan makan, tas/ransel misalnya, merupakan peralatan-peralatan yang sangat penting untuk dibawa saat mendaki gunung.

Bagaimana kalau misalnya tidak punya tenda? Solusinya carilah teman yang punya tenda yang mungkin bisa diajak mendaki bersama atau mungkin bisa dipinjam tendanya. Jika anda pergi mendaki berkelompok, peralatan seperti tenda dan peralatan memasak tentunya tidak perlu harus dibawa oleh setiap orang di dalam tim. Cukup berbagi tugas saja siapa yang membawa tenda, peralatan masak, dan lain-lain.

Demikian…Persiapkan diri kita sebaik mungkin sebelum mendaki. Selamat mendaki gunung. Semoga artikel ini bermanfaat